MAKALAH
MANAJEMEN HUTAN
(KonsepRotasidanDaur)
Oleh:
STENLY AMAREWA
|
14040400
|
STEVEN BANIK
|
14040400
|
YUNES BANA
|
14040400
|
YONATAN TAINAES
|
1404040051
|
YANETE WORI HANA
|
14040400
|
YOHANES EGONG
|
14040400
|
YUNI AOME
|
14040400
|
|
14040400
|
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
KUPANG
2015
KATA PENGANTAR
Pujidansyukur
dipanjatkankehadiratTUHAN Yang
MahaKuasa.Karenaatasberkatrahmatdantuntunannyamakalahinidapatdiselesaikandenganbaik.
MakalahinidisajikandenganmateritentangKonsepRotasidanDaur,
dengantujuanpembuatanuntukmemenuhituntutansalahsatumatakuliahyaitu “MANAJEMEN
HUTAN”.Penulisjugaberharapmakalahinidapatbergunasebagai media belajardanberbagiilmukepada
para pembaca.
Akhir kata, pujidansyukurdipanjatkankehadiratTUHANYang MahaKuasasertamengkhaturkanucapanterimakasihataskesediaandariberbagaipihak
yang sedianyatelahmembantumenyelesaikanmakalahinikarenatanpabantuanpihak lain
makalahinitidakmungkindapatdiselesaikaninidenganbaik.
Kupang, Oktober
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang................................................................................................. 1
1.2 TujuanPenulisan.............................................................................................. 3
1.3 MetodePenulisan............................................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
KONSEP ROTASI DAN
DAUR........................................................................ 4
2.1 Pengertian........................................................................................................ 4
2.2Macam-Macam Daur........................................................................................ 4
2.3 MenentukanDaur............................................................................................. 7
BAB III
PENUTUP ........................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................. xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Manajemen
dapat diartikan sebagai seni, ilmu, dan proses untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan melalui kegiatan dengan orang lain. Manajemen Hutan, dalam pandangan
luas, adalah integrasi faktor-faktor biologi, sosial, ekonomi, dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengelolaan hutan. Setiap
sesuatu mempengaruhi sesuatu yang lain dalam pengelolaan hutan, oleh karena
itu, seseorang harus mengetahui segala sesuatu untuk membuat keputusan. Hal ini
mungkin benar, tetapi hanya pada tingkatan tertentu.
Pada hirarki yang lebih rendah,
manajemen hutan didefisikan sebagai seluruh keputusan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan.Pengertian
ini lebih banyak berfokus pada pengetahuan yang digunakan secara langsung untuk
mengelola suatu areal hutan.Hal ini berarti bahwa personal manajemen adalah
bagian dari manajemen hutan karena manajemen hutan menggunakan orang, mechanical
enggineering adalah juga bagian dari manajemen hutan karena dalam manajemen
hutan menggunakan mesin-mesin.Kadang-kadang interaksi sosial juga termasuk
bagian dari manajemen hutan.
Secara historis,
manajemen hutan pada dasarnya terkait dengan aspek biologi dan aspek
silvikultur dari hutan.Defenisi ini diturunkan dari filosofi biologi sebagai
aspek dasarnya.Kadang-kadang defenisi manajemen hutan juga mencakup pengelolaan
daerah aliran sungai (DAS), inventarisasi, dan aspek-aspek kehutanan yang lain.
Hal ini semua merupakan bagian integral dari manajemen hutan.
Dalam manajemen
hutan juga dikenaladanya konsep rotasi dan daur.Rotasi adalah jangka waktu
dalam tahun yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman untuk mencapai umur masak
tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.Nampak dari definisi tersebut
bahwa konsep rotasi dipakai untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasilkan
kayu dari tegakan seumur. Untuk tegakan tidak seumur, istilah yang dipakai
untuk arti yang sama dengan rotasi adalah siklus tebangan (cutting cycle). Istilah yang bersifat umum untuk mengganti
dua istilah tersebut adalah daur.Simon (1993) mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan daur adalah jangka waktu (dalam tahun) yang diperlukan oleh suatu jenis
tegakan hutan untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut
ditanam.
Dalam
daur ada enam macam kriteria untuk menentukan panjang rotasi, yang kemudian
menunjukkan nama daur yang bersangkutan, yaitu:Daur Fisik (physical /
pathological / biological rotation), Daur Silviukultur (silviculture
rotation), Daur Teknik (technical rotation), Daur Hasil Kayu
Maksimum (the highest volume yield), Daur pendapatan maksimum (the
highest forest rental), dan Daur
keuntungan maksimum (the financial rotation).
1.2
TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
1.3 METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah penulis menggunakan metode Browsing
internet dan membaca E-book. Dengan metode ini penulis merncari segala informasi
mengenai Konsep Rotasi dan Daur.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP ROTASI DAN DAUR
2.1. Pengertian
Rotasi
adalah jangka waktu dalam tahun yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman untuk
mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.Nampak dari
definisi tersebut bahwa konsep rotasi dipakai untuk pengelolaan hutan dengan
tujuan menghasilkan kayu dari tegakan seumur. Untuk tegakan tidak seumur,
istilah yang dipakai untuk arti yang sama dengan rotasi adalah siklus tebangan (cutting
cycle). Istilah yang bersifat umum
untuk mengganti dua istilah tersebut adalah daur.Simon (1993) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan daur adalah jangka waktu (dalam tahun) yang diperlukan
oleh suatu jenis tegakan hutan untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak
jenis tersebut ditanam.
2.2. Macam-Macam Daur
Dalam
pengelolaan hutan seumur, menentukan panjang rotasi mempunyai peranan yang
sangat penting karena berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas tujuan pengelolaan.
Pada buku-buku teks kehutanan klassik, selalu disebutkan ada enam macam
kriteria untuk menentukan panjang rotasi, yang kemudian menunjukkan nama daur
yang bersangkutan, yaitu:
a.
Daur Fisik
(physical / pathological / biological rotation)
Daur fisik yaitu daur yang berimpitan dengan kemampuan suatu
jenis untuk dapat bertahan hidup secara alami.Kadang-kadang juga diartikan atau
disamakan dengan waktu sampai suatu jenis masih mampu untuk menghasilkan biji
yang dapat tumbuh menjadi anakan yang sehat.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa daur
fisik sama sekali tidak berkaitan dengan masalah ekonomi. Daur fisik jenis pohon hutan umumnya sangat
panjang dan karena itu tidak mempunyai nilai praktis.Jelasnya, daur yang
dipakai untuk suatu jenis tertentu tidak lebih panjang dari daur fisiknya.
b.
Daur
Silviukultur (silviculture rotation)
Daur
silvikultur yaitu jangka waktu yang diperlukan oleh suatu jenis pohon untuk
mulai dapat melakukan permudaan kembali dengan baik. Apabila jenis tersebut biasa melakukan
permudaan dengan biji, maka daur silvikultur
berarti jangka waktu yang diperlukan oleh jenis tersebut untuk mulai
menghasilkan biji yang dapat digunakan untuk permudaan kembali. Jadi kebalikan dari daur fisik, maka daur
silvikultur merupakan batas terendah yang digunakan sebagai pertimbangan dalam
menentukan daur suatu jenis pohon.Daur suatu jenis tidak boleh lebih pendek
dari daur silvikulturnya.
c.
Daur Teknik
(technical rotation)
Daur teknik yaitu umur pada waktu suatu jenis yang
diusahakan sudah dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk tujuan
tertentu.Jadi bergantung pada tujuan pengusahaannya, jenis daur ini dapat
panjang atau pendek.Misalnya, daur untuk kayu bakar dan pulp pada umumnya
pendek, tetapi daur untuk kayu pertukangan seringkali amat panjang.
d.
Daur Hasil
Kayu Maksimum (the highest volume yield)
Daur hasil kayu maksimum yaitu umur tegakan dimana hasil
kayu tahunan mencapai volume yang tertinggi.Disini tidak hanya dihitung hasil
dari tebangan akhir saja tetapi juga termasuk seluruh hasil penjarangan yang
pernah dilakukan sampai umur tersebut.Daur hasil kayu maksimum ini merupakan
konsep daur yang paling penting yang mempunyai nilai praktis, dan paling banyak
dipakai di lapangan.
e.
Daur
pendapatan maksimum (the highest forest rental)
Daur pendapatan maksimum juga dinamakan daur rente hutan
maksimum (the highest forest rental).
Pada umur tersebut suatu hutan tanaman akan menghasilkan pendapatan
bersih maksimum.Karena dasar perhitungannya adalah hasil kayu, maka panjang
daur ini hampir sama dengan panjang daur volume maksimum.Bedanya adalah variasi
harga kayu.
f.
Daur
keuntungan maksimum (the financial rotation)
Daur keuntungan maksimum disebut juga daur financial, yaitu
umur tebangan hutan tanaman yang dapat menghasilkan keuntungan tertinggi dalam
nilai uang.Di kehutanan, keuntungan dapat dilihat dari dua sudut pandang yang
berbeda, yaitu dari nilai harapan lahan (Land /expectation Value = LEV) dan
dari hasil finansial.
Nilai harapan lahan adalah nilai yang didasarkan pada
pendapatan bersih yang dapat diperoleh dari suatu lahan, dihitung pada tingkat
bunga tertentu.Di Kehutanan, pendapatan tidak diperoleh pada setiap tahun,
melainkan secara periodik pada tahun-tahun tertentu. Oleh karena itu,
pendapatan untuk waktu yang akan datang perlu didiskon pada tahun perhitungan.
2.3.
Menentukan
Daur
Sebelum menentukan panjang daur yang akan dipakai untuk
suatu kelas perusahaan, perlu ditetapkan terlebih dahulu jenis daur mana yang
akan dianut.Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan tujuan pengelolaan.Secara
garis besar, pertimbangan-pertimbanan memilih tipe daur dalam hubungannya
dengan tujuan pengelolaan adalah sebagai berikut:
·
Bila tujuan
pengelolaan lebih mengutamakan perolehan manfaat non-ekonomi dari hutan
(mengatur supply jasa hutan) seperti, satwa liar, rekreasi, dan lain-lain
semacam itu, maka daur silvikultur dan daur fisik akan lebih baik.
·
Bila tujuan
pengelolaan dititikberatkan untuk menghasilkan kayu, baik kayu pertukangan
maupun kayu bakar, daur teknik dan daur volume maksimum akan merupakan
alternatif yang paling tepat.
·
Untuk
tujuan pengelolaan yang mengutamakan keuntungan dalam nilai uang (untuk
mengatur pengembalian uang), digunakan rotasi pendapatan maksimum atau daur
finansial.
Disamping tujuan
pengelolaan, panjang daur juga ditentukan oleh faktor-faktor antara lain:
·
besarnya
riap atau percepatan pertumbuhan pohon penyusun tegakan, tujuan akhir
penggunaan kayu, kondisi tapak hutan, dan jenis pohon yang ditanam. Davis
(1966) mengklasifikasi beberapa faktor yang berpengaruh terhadap panjang daur
ke dalam dua kelompok yaitu faktor fisik dan faktor financial, yaitu:
o Jenis produk apa yang diperlukan atau yang dapat dijual dengan
keuntungan tertinggi (aspek demand).
o Produktifitas hutan, atau apa yang dapat ditanam (aspek supply).
Dalam klasifikasi tersebut, biaya maupun penghasilan dimasukkan ke
dalam dua kelompok itu (fisik dan finansial) yang harus diintegrasikan yang
kemudian daur ditentukan sesuai dengan tujuan pengelolaan hutan.Dalam hal ini,
tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
o nilai produk
Nilai produk berkaitan dengan ukuran dan kualitas yang
menguntungkan untuk dijual, (tapi nilai di sini terlepas dari nilai financial)
dan pada umur berapa akan diperoleh nilai tertinggi pada suatu tujuan
pengelolaan tertentu.
o Faktor hutan
Faktor utan ini mencakup: physical produvtivity (site
indeks), pathological factors, entomological factor, silvicultural
factor.
o Pandangan ekonomi
Pandangan ekonomi yaitu keberartian waktu (terkait dengan aspek
financial).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
o Manajemen
dapat diartikan sebagai seni, ilmu, dan proses untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan melalui kegiatan dengan orang lain.
o Manajemen
Hutan, dalam pandangan luas, adalah integrasi faktor-faktor biologi, sosial,
ekonomi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengelolaan hutan.
o Pada
hirarki yang lebih rendah, manajemen hutan didefisikan sebagai seluruh
keputusan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
o Secara historis, manajemen hutan pada dasarnya terkait dengan
aspek biologi dan aspek silvikultur dari hutan.
o
Rotasi
adalah jangka waktu dalam tahun yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman untuk
mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.
o
Istilah
yang bersifat umum untuk mengganti istilah (konsep rotasi dan siklus tebangan) tersebut
adalah daur.
o
daur adalah
jangka waktu (dalam tahun) yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan hutan untuk
mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.
o
Dalam daur
ada enam macam kriteria untuk menentukan panjang rotasi, yang kemudian
menunjukkan nama daur yang bersangkutan, yaitu:Daur Fisik (physical /
pathological / biological rotation), Daur Silviukultur (silviculture
rotation), Daur Teknik (technical rotation), Daur Hasil Kayu
Maksimum (the highest volume yield), Daur pendapatan maksimum (the highest
forest rental), dan Daur
keuntungan maksimum (the financial rotation).
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar