Selasa, 06 Oktober 2015

MAKALAH MANAJEMEN HUTAN (Konsep Rotasi dan Daur)



MAKALAH
MANAJEMEN HUTAN


(KonsepRotasidanDaur)
Oleh:
STENLY AMAREWA
14040400
STEVEN BANIK
14040400
YUNES BANA
14040400
YONATAN TAINAES
1404040051
YANETE WORI HANA
14040400
YOHANES EGONG
14040400
YUNI AOME
14040400

14040400

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2015
KATA PENGANTAR

Pujidansyukur dipanjatkankehadiratTUHAN Yang MahaKuasa.Karenaatasberkatrahmatdantuntunannyamakalahinidapatdiselesaikandenganbaik.
MakalahinidisajikandenganmateritentangKonsepRotasidanDaur, dengantujuanpembuatanuntukmemenuhituntutansalahsatumatakuliahyaitu “MANAJEMEN HUTAN”.Penulisjugaberharapmakalahinidapatbergunasebagai media belajardanberbagiilmukepada para pembaca.
Akhir kata, pujidansyukurdipanjatkankehadiratTUHANYang  MahaKuasasertamengkhaturkanucapanterimakasihataskesediaandariberbagaipihak yang sedianyatelahmembantumenyelesaikanmakalahinikarenatanpabantuanpihak lain makalahinitidakmungkindapatdiselesaikaninidenganbaik.

Kupang,   Oktober  2015

Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I
          PENDAHULUAN............................................................................................... 1
          1.1 LatarBelakang................................................................................................. 1
          1.2 TujuanPenulisan.............................................................................................. 3
          1.3 MetodePenulisan............................................................................................. 3
BAB II
          PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
          KONSEP ROTASI DAN DAUR........................................................................ 4
          2.1 Pengertian........................................................................................................ 4
          2.2Macam-Macam Daur........................................................................................ 4
          2.3 MenentukanDaur............................................................................................. 7
BAB III
          PENUTUP ........................................................................................................... 10
          3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG
         Manajemen dapat diartikan sebagai seni, ilmu, dan proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan melalui kegiatan dengan orang lain. Manajemen Hutan, dalam pandangan luas, adalah integrasi faktor-faktor biologi, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengelolaan hutan. Setiap sesuatu mempengaruhi sesuatu yang lain dalam pengelolaan hutan, oleh karena itu, seseorang harus mengetahui segala sesuatu untuk membuat keputusan. Hal ini mungkin benar, tetapi hanya pada tingkatan tertentu.
         Pada hirarki yang lebih rendah, manajemen hutan didefisikan sebagai seluruh keputusan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan.Pengertian ini lebih banyak berfokus pada pengetahuan yang digunakan secara langsung untuk mengelola suatu areal hutan.Hal ini berarti bahwa personal manajemen adalah bagian dari manajemen hutan karena manajemen hutan menggunakan orang, mechanical enggineering adalah juga bagian dari manajemen hutan karena dalam manajemen hutan menggunakan mesin-mesin.Kadang-kadang interaksi sosial juga termasuk bagian dari manajemen hutan.
         Secara historis, manajemen hutan pada dasarnya terkait dengan aspek biologi dan aspek silvikultur dari hutan.Defenisi ini diturunkan dari filosofi biologi sebagai aspek dasarnya.Kadang-kadang defenisi manajemen hutan juga mencakup pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), inventarisasi, dan aspek-aspek kehutanan yang lain. Hal ini semua merupakan bagian integral dari manajemen hutan.
         Dalam manajemen hutan juga dikenaladanya konsep rotasi dan daur.Rotasi adalah jangka waktu dalam tahun yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.Nampak dari definisi tersebut bahwa konsep rotasi dipakai untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasilkan kayu dari tegakan seumur. Untuk tegakan tidak seumur, istilah yang dipakai untuk arti yang sama dengan rotasi adalah siklus tebangan (cutting cycle).  Istilah yang bersifat umum untuk mengganti dua istilah tersebut adalah daur.Simon (1993) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan daur adalah jangka waktu (dalam tahun) yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan hutan untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.
      Dalam daur ada enam macam kriteria untuk menentukan panjang rotasi, yang kemudian menunjukkan nama daur yang bersangkutan, yaitu:Daur Fisik (physical / pathological / biological rotation), Daur Silviukultur (silviculture rotation), Daur Teknik (technical rotation), Daur Hasil Kayu Maksimum (the highest volume yield), Daur pendapatan maksimum (the highest forest rental), dan Daur keuntungan maksimum (the financial rotation).
1.2        TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.       
1.3    METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah penulis menggunakan metode Browsing internet dan membaca E-book.  Dengan  metode ini penulis merncari segala informasi mengenai Konsep Rotasi dan Daur.












BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP ROTASI DAN DAUR
2.1.   Pengertian
      Rotasi adalah jangka waktu dalam tahun yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.Nampak dari definisi tersebut bahwa konsep rotasi dipakai untuk pengelolaan hutan dengan tujuan menghasilkan kayu dari tegakan seumur. Untuk tegakan tidak seumur, istilah yang dipakai untuk arti yang sama dengan rotasi adalah siklus tebangan (cutting cycle).  Istilah yang bersifat umum untuk mengganti dua istilah tersebut adalah daur.Simon (1993) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan daur adalah jangka waktu (dalam tahun) yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan hutan untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.

2.2.   Macam-Macam Daur
      Dalam pengelolaan hutan seumur, menentukan panjang rotasi mempunyai peranan yang sangat penting karena berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas tujuan pengelolaan. Pada buku-buku teks kehutanan klassik, selalu disebutkan ada enam macam kriteria untuk menentukan panjang rotasi, yang kemudian menunjukkan nama daur yang bersangkutan, yaitu:
a.       Daur Fisik (physical / pathological / biological rotation)
         Daur fisik yaitu daur yang berimpitan dengan kemampuan suatu jenis untuk dapat bertahan hidup secara alami.Kadang-kadang juga diartikan atau disamakan dengan waktu sampai suatu jenis masih mampu untuk menghasilkan biji yang dapat tumbuh menjadi anakan yang sehat.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa daur fisik sama sekali tidak berkaitan dengan masalah ekonomi.  Daur fisik jenis pohon hutan umumnya sangat panjang dan karena itu tidak mempunyai nilai praktis.Jelasnya, daur yang dipakai untuk suatu jenis tertentu tidak lebih panjang dari daur fisiknya.

b.      Daur Silviukultur (silviculture rotation)
         Daur silvikultur yaitu jangka waktu yang diperlukan oleh suatu jenis pohon untuk mulai dapat melakukan permudaan kembali dengan baik.  Apabila jenis tersebut biasa melakukan permudaan dengan biji, maka daur silvikultur  berarti jangka waktu yang diperlukan oleh jenis tersebut untuk mulai menghasilkan biji yang dapat digunakan untuk permudaan kembali.  Jadi kebalikan dari daur fisik, maka daur silvikultur merupakan batas terendah yang digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan daur suatu jenis pohon.Daur suatu jenis tidak boleh lebih pendek dari daur silvikulturnya.

c.       Daur Teknik (technical rotation)
         Daur teknik yaitu umur pada waktu suatu jenis yang diusahakan sudah dapat menghasilkan kayu yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu.Jadi bergantung pada tujuan pengusahaannya, jenis daur ini dapat panjang atau pendek.Misalnya, daur untuk kayu bakar dan pulp pada umumnya pendek, tetapi daur untuk kayu pertukangan seringkali amat panjang.

d.      Daur Hasil Kayu Maksimum (the highest volume yield)
         Daur hasil kayu maksimum yaitu umur tegakan dimana hasil kayu tahunan mencapai volume yang tertinggi.Disini tidak hanya dihitung hasil dari tebangan akhir saja tetapi juga termasuk seluruh hasil penjarangan yang pernah dilakukan sampai umur tersebut.Daur hasil kayu maksimum ini merupakan konsep daur yang paling penting yang mempunyai nilai praktis, dan paling banyak dipakai di lapangan.

e.       Daur pendapatan maksimum (the highest forest rental)
         Daur pendapatan maksimum juga dinamakan daur rente hutan maksimum (the highest forest rental).  Pada umur tersebut suatu hutan tanaman akan menghasilkan pendapatan bersih maksimum.Karena dasar perhitungannya adalah hasil kayu, maka panjang daur ini hampir sama dengan panjang daur volume maksimum.Bedanya adalah variasi harga kayu.

f.        Daur keuntungan maksimum (the financial rotation)
         Daur keuntungan maksimum disebut juga daur financial, yaitu umur tebangan hutan tanaman yang dapat menghasilkan keuntungan tertinggi dalam nilai uang.Di kehutanan, keuntungan dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu dari nilai harapan lahan (Land /expectation Value = LEV) dan dari hasil finansial.
         Nilai harapan lahan adalah nilai yang didasarkan pada pendapatan bersih yang dapat diperoleh dari suatu lahan, dihitung pada tingkat bunga tertentu.Di Kehutanan, pendapatan tidak diperoleh pada setiap tahun, melainkan secara periodik pada tahun-tahun tertentu. Oleh karena itu, pendapatan untuk waktu yang akan datang perlu didiskon pada tahun perhitungan.

2.3.      Menentukan Daur
         Sebelum menentukan panjang daur yang akan dipakai untuk suatu kelas perusahaan, perlu ditetapkan terlebih dahulu jenis daur mana yang akan dianut.Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan tujuan pengelolaan.Secara garis besar, pertimbangan-pertimbanan memilih tipe daur dalam hubungannya dengan tujuan pengelolaan adalah sebagai berikut:
·         Bila tujuan pengelolaan lebih mengutamakan perolehan manfaat non-ekonomi dari hutan (mengatur supply jasa hutan) seperti, satwa liar, rekreasi, dan lain-lain semacam itu, maka daur silvikultur dan daur fisik akan lebih baik.
·         Bila tujuan pengelolaan dititikberatkan untuk menghasilkan kayu, baik kayu pertukangan maupun kayu bakar, daur teknik dan daur volume maksimum akan merupakan alternatif yang paling tepat.
·         Untuk tujuan pengelolaan yang mengutamakan keuntungan dalam nilai uang (untuk mengatur pengembalian uang), digunakan rotasi pendapatan maksimum atau daur finansial.

         Disamping tujuan pengelolaan, panjang daur juga ditentukan oleh faktor-faktor antara lain:
·         besarnya riap atau percepatan pertumbuhan pohon penyusun tegakan, tujuan akhir penggunaan kayu, kondisi tapak hutan, dan jenis pohon yang ditanam. Davis (1966) mengklasifikasi beberapa faktor yang berpengaruh terhadap panjang daur ke dalam dua kelompok yaitu faktor fisik dan faktor financial, yaitu:
o   Jenis produk apa yang diperlukan atau yang dapat dijual dengan keuntungan tertinggi (aspek demand).
o   Produktifitas hutan, atau apa yang dapat ditanam (aspek supply).

Dalam klasifikasi tersebut, biaya maupun penghasilan dimasukkan ke dalam dua kelompok itu (fisik dan finansial) yang harus diintegrasikan yang kemudian daur ditentukan sesuai dengan tujuan pengelolaan hutan.Dalam hal ini, tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
o   nilai produk
Nilai produk berkaitan dengan ukuran dan kualitas yang menguntungkan untuk dijual, (tapi nilai di sini terlepas dari nilai financial) dan pada umur berapa akan diperoleh nilai tertinggi pada suatu tujuan pengelolaan tertentu.
o   Faktor hutan
Faktor utan ini mencakup: physical produvtivity (site indeks), pathological factors, entomological factor, silvicultural factor.
o   Pandangan ekonomi
Pandangan ekonomi yaitu keberartian waktu (terkait dengan aspek financial).








BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
o   Manajemen dapat diartikan sebagai seni, ilmu, dan proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan melalui kegiatan dengan orang lain.
o   Manajemen Hutan, dalam pandangan luas, adalah integrasi faktor-faktor biologi, sosial, ekonomi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan pengelolaan hutan.
o   Pada hirarki yang lebih rendah, manajemen hutan didefisikan sebagai seluruh keputusan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
o   Secara historis, manajemen hutan pada dasarnya terkait dengan aspek biologi dan aspek silvikultur dari hutan.
o   Rotasi adalah jangka waktu dalam tahun yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.
o   Istilah yang bersifat umum untuk mengganti istilah (konsep rotasi dan siklus tebangan) tersebut adalah daur.
o   daur adalah jangka waktu (dalam tahun) yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan hutan untuk mencapai umur masak tebang, dihitung sejak jenis tersebut ditanam.
o   Dalam daur ada enam macam kriteria untuk menentukan panjang rotasi, yang kemudian menunjukkan nama daur yang bersangkutan, yaitu:Daur Fisik (physical / pathological / biological rotation), Daur Silviukultur (silviculture rotation), Daur Teknik (technical rotation), Daur Hasil Kayu Maksimum (the highest volume yield), Daur pendapatan maksimum (the highest forest rental), dan Daur keuntungan maksimum (the financial rotation).












DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, R.H.  dan N. Sisfanto.  2014.  PENGANTAR KELESTARIAN HASIL DAN MANAJEMEN.  Yogyakarta:  GadjahMada University Press.

 

Purwanto, R.H. danDwiko B.P.  2005.  “BukuAjarPengaturanHasilHutan”.  (Ed.  Hasanu Simon).  FakultasKehutanan UGM.  Yogyakarta.

 

Simon, H.  1993.  HutanJatidanKemakmuran:  ProblematikadanStrategiPemecahannya.  Edisi 1.  Yogyakarta:  Aditya Media.

 

Supratmandan S. Alam.  2009.  MANAJEMEN HUTAN.  FakultasKehutanan – UniversitasHasanudin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar