MAKALAH
HASIL
HUTAN BUKAN KAYU
(Pala)
Oleh:
ORCY E. HAUMENI
YONATAN T.L.
TAINAES
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA
CENDANA
KUPANG
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur dipanjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Kuasa. Karena atas berkat rahmat dan tuntunannya
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah
ini disusun dengan tujuan pembuatan untuk memenuhi tuntutan salah satu
matakuliah yaitu HASIL HUTAN BUKAN KAYU.
Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna sebagai media belajar
dan berbagi ilmu kepada para pembaca.
Penulis menyadari masih banyak yang harus
disempurnakan dalam makalah ini, untuk itu penulis menerima semua saran dan
kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis khaturkan limpah terima
kasih kepada pihak-pihak yang sedianya telah membantu dalam penyususnan makalah
ini.
Kupang,
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Tujuan..........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Sejarah
Tanaman Pala..................................................................................
B. Klasifikasi
dan Morfologi Tanaman Pala....................................................
C. Syarat
Tumbuh Tanaman Pala.....................................................................
D. Manfaat
Tanaman Pala................................................................................
E. Berbagai
Olahan Buah Tanaman Pala.........................................................
BAB III. PENUTUP
A.
Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Hasil hutan bukan kayu
merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau
tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang
diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan
baku untuk suatu industri. Hasil hutan
non kayu pada umumnya merupakan hasil sampingan dari sebuah pohon, misalnya
getah, daun, kulit, buah dan lain-lain atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang
memiliki sifat khusus seperti rotan, bambu dan lain-lain.
Buah termasuk dalam kategori
hasil hutan bukan kayu dan salah satunya adalah buah pala. Tanaman pala berasal dari “Malaise Archipel”,
yaitu dari gugusan kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke
pulau-pulau lain disekitarnya termasuk pulau Jawa. Konon ada bukti yang menggambarkan, bahwa
pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun
1271 sampai 1295. Ia telah melihat
tanaman pala diusahakan para petani.
Pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera Utara. Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas
tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan daerah penyebaran yang
terpusat di Sulawesi utara , Irian Jaya, Aceh, Jawa barat dan Maluku. Buah pala merupakan buah yang serbaguna
karena dapat dimanfaatkan sebagai obat, bumbu masakan, minuman, maupun berbagai
jenis olahan ringan lainnya seperti manisan dan juga berfungsi sebagai obat.
Sampai saat ini Indonesia
termasuk salah satu negara produsen dan pengekspor biji dan fuli pala terbesar
dunia, dengan pangsa pasar dunia sebesar 75 persen. Pasar utama tujuan ekspor pala Indonesia (dari
sisi volume) adalah Vietnam, Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Italia. Pelaku utama dalam rantai nilai komoditas
pala adalah para petani dan pedagang, Jumlah petani cukup besar dan menjadi
penentu dalam kontinuitas pasokan serta kualitas pala.
B. Tujuan.
1.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Tanaman Pala.
Tanaman pala berasal dari “Malaise Archipel”, yaitu dari gugusan
kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya
termasuk pulau Jawa. Konon ada bukti
yang menggambarkan, bahwa pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang
melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295. Ia telah melihat tanaman pala diusahakan para
petani. Pembudidayaan tanaman pala terus
meluas sampai Sumatera Utara.
Tanaman
ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100
tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia
terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili
Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis).
Dari 15 marga tersebut 5 marga di antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6
marga di tropis Afrika dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar 1990).
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di
Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di
Sulawesi utara , Irian Jaya, Aceh, Jawa barat dan Maluku. Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun
terus meningkat. Kedudukannya sebagai
bahan penting untuk industri atau sebagai komoditas di benua Eropa
memperebutkan daerah sumber-sumber pala di Indonesia. Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di
pasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak yang
tinggi.
Sampai saat ini Indonesia
termasuk salah satu negara produsen dan pengekspor biji dan fuli pala terbesar
dunia, dengan pangsa pasar dunia sebesar 75 persen. Pasar utama tujuan ekspor pala Indonesia
(dari sisi volume) adalah Vietnam, Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan
Italia. Pelaku utama dalam rantai nilai
komoditas pala adalah para petani dan pedagang, Jumlah petani cukup besar dan
menjadi penentu dalam kontinuitas pasokan serta kualitas pala.
B. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pala
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub-Kingdom : teracheobionta (Tumbuhan Berpembulu)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping Dua / Dikotil)
Sub-Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica
fragrans Houtt
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman
yang dapat tumbuh baik didaerah tropis.
Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae, yang mempunnyai
sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika
pertumbuhannya baik dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan
ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18 meter.
Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul.
Daun pala berbentuk bulat telur, pangkal dan pucuknya
meruncing. Warna bagian bawah hijau
kebiru-biruan muda. Bagian atsanya hijau
tua. Jangka waktu pertumbuhan buah dari
mulai persarian hingga masa petik tidak boleh lebih dari 9 bulan. Buah berbentuk bulat, lebar, ujungnya
meruncing. Kulitnya licin, berwarna
kuning, berdaging, dan cukup banyak mengandung air. Bijinya tunggal, berkeping dua, dilindungi
oleh tempurung, walaupun tidak tebal namun cukup keras. Bentuk bijinya bulat
telur lonjong, bila sudah tua warnanya coklat tua.
Sifat-sifat
biji pala antara lain:
-
Biji pala yang masih belum
cukup tua bila dikeringkan akan menghasilkan daging biji yang agak rapuh, dan
mudah menjadi sasaran serangga gudang.
-
Biji pala yang sudah cukup
tua bila dikeringkan mengahsilkan biji yang cukup keras, dan jika diparut akan
menghasilkan parutan yang berbentuk bubuk.
-
Tempurung biji di selubungi
oleh selubung biji yang berbentuk jala, berwarna merah terang. Selubung biji ini disebut fuli atau bunga
pala.
C. Syarat Tumbuh Tanaman Pala
a)
Tinggi Tempat.
Tanaman pala, dapat
tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas
permukaan laut.
permukaan laut.
b)
Tanah.
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
-
Lapisan atas top soil cukup dalam.
-
Cukup tersedia unsur hara.
-
Drainasenya baik.
-
Udara dalam tanah cukup tersedia.
Tanaman pala juga akan
tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai lempung dengan kandungan
bahan organik tinggi. Pada tanah-tanah
yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila diimbangi dengan
pemupukan dan perawatan yang baik.
c)
Suhu
Daerah-daerah
penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama, yakni berkisar antara
18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis, dengan
suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi ±20º C sampai 30º C.
d)
Curah hujan
Tanaman
pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi, tanpa
adanya masa kering yang nyata. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan
tajam dan curah hujan tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan
tingkat kesuburan tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala
±2175 mm sampai 3550 mm/tahun.
e)
Angin
Tanaman
pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai diusahakan pada areal
yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan
saja menyebabkan penyerbukan tanaman terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk
tanaman akan jatuh berguguran. Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering
keras, penanaman pohon penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun
tanaman pelindung yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan
tanaman pala, karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
f)
Ketersediaan Air
Tanaman
pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal
pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian,
untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu
tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup.
Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu mengatasi
ketersediaan air. Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat
pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk
akar yang dapat memusnahkan tanaman.
g)
Pohon Pelindung
Dalam
pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harus mendapatkan perhatian.
Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungi tanaman dari sinar
matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masih muda. Yang perlu
diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4 - 5 tahun, tanaman pala sudah
memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi. Oleh karenanya
penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini juga penting untuk
mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang ke atas, dan mencegah
terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara di antara tanaman pala dan
tanaman pelindung. Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak
terlalu rimbun serta tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku,
rambutan dan jenis pohon buah-buahan lainnya.
D. Manfaat Tanaman Pala
a. Kulit
batang dan daun
Batang/kayu pohon pala
yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala
menghasilkan minyak atsiri.
b. Fuli
Fuli adalah benda untuk
menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti
anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
c. Biji
pala
Biji pala tidak pernah
dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah rempah. Buah pala sesungguhnya
dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh
kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk
obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
d. Daging
buah pala
Daging buah pala sangat
baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan
ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal
daging buah pala. (Sunanto, 1993).
Selain itu pala juga
memiliki beberapa khasiat diantaranya:
-
Pereda sakit perut
-
Membantu tidur
-
Pereda sakit gigi
E. Berbagai Olahan Buah Tanaman Pala
a. Manisan
Pala
Manisan pala terdiri
dari manisan basah dan manisan kering. Manisan basah dibuat dengan cara
merendam daging buah pala dalam larutan garam selama ± ½ hari untuk menarik
kotoran dan getahnya,lalu dicuci bersih, kemudian direndam dalam gula pasir
sehingga keluar cairan. Cairan tersebut dipisahkan kemudian dikentalkan dengan
penambahan gula, kemudian direndam dalam cairan gula tersebut. Manisan kering dibuat dengan cara merendam
daging buah pala yang telah bersih dalam gula pasir, kemudian dijemur sampai
kering.
b. Sari
Buah Pala
Aroma buah pala yang
khas membuat daging buah pala sering diolah menjadi sari buah. Namun, rasa
sepat dan getir yang disebabkan oleh kadar tanin yang terdapat pada
daging buah mengurangi tingkat penerimaan konsumen. Untuk mengurangi rasa
sepat dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan garam sebanyak 5% atau
kapur 2% selama 12 jam (Djubaedah et al., 1995).
c. Minuman
Instan Pala
Pembuatan minuman
instan pala melalui dua tahapan proses yaitu proses pembuatan sari buah dan
proses pengeringan. Proses pembuatan minuman dimulai dengan sortasi bahan baku
yang akan diambil sari buahnya. Selanjutnya dilakukan pengupasan untuk
mengurangi rasa sepat sari buah pala karena senyawa tanin banyak terdapat
pada kulit buah. Setelah itu dilakukan pemisahan kulit, biji, dan fuli untuk
pengambilan daging pala. Proses selanjutnya adalah perendaman daging buah dalam
larutan garam selama 1 jam dan dilakukan blansir dengan cara direndam dalam air
mendidih selama 5 menit. Kemudian dilakukan penghancuran daging buah pala
dengan diblender dan ditambah air lalu disaring dengan kain saring. Dalam
pembuatan minuman instan pala ditambahkan pula bahan tambahan lainnya, seperti
sirup glukosa dan bahan pengisi dekstrin serta CMC.
d. Jeli
Pala
Jeli atau selai adalah
produk olahan semi padat yang dibuat dari sari buah-buahan. Bahan penting dalam
pembuatan jeli adalah pektin, asam, dan gula dengan perbandingan yang tepat
untuk menghasilkan jeli dengan karakteristik yang baik. Buah pala mengandung
pektin yang cukup tinggi sehingga baik diolah menjadi jeli, terutama pada buah
yang cukup tua, tetapi belum terlalu matang. Buah pala yang masih muda
kurang bagus untuk digunakan dalam pembuatan jeli karena masih banyak
mengandung pati dan kadar pektinnya rendah. Ampas dari penyaringan sari pala
dapat diolah menjadi dodol atau wajik pala.
e. Dodol
Pala
Dodol merupakan makanan
semi padat yang dibuat dari campuran beras ketan. Dodol dapat dibuat dari bubur
buah pala segar atau dari ampas sisa penyaringan dalam pembuatan sirup atau
jeli pala. Dalam pembuatan dodol pala, selain daging buah pala bahan baku yang
penting adalah santan kelapa dan beras ketan.
f.
Cider/Anggur Pala
Cider merupakan minuman
yang biasanya dibuat dari sari buah apel yang difermentasi. Akan tetapi, cider
bisa juga dibuat dari buah-buahan lain, seperti daging buah pala. Daging buah
pala dapat diolah menjadi cider karena mengandung karbohidrat cukup sebesar
10,9 %.
g. Asam
Cuka
Daging buah pala dapat
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan asam cuka (asam asetat)
melalui teknik fermentasi karena mengandung karbohidrat sekitar 11%.
Pembuatan asam cuka dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama fermentasi
alkohol dan tahap kedua fermentasi asam asetat lalu dilanjutkan dengan
fltrasi dan pasteurisasi (Sulaiman et al., 1998).
h. Permen
Gelatin
Permen gelatin
merupakan permen yang terbuat dari komponen-komponen air atau sari buah,
flavor, gula dan gelatin. Daging buah pala dapat diolah menjadi permen gelatin
karena kadar airnya tinggi dan mempunyai rasa khas.
i.
Selai pala
Buah pala yang masak petik dapat
dibuat selai karena aromanya sangat khas. Cara membuat selai pala dengan
mengupas buah pala, kemudian dibuat bubur dan dimasak hingga mendidih. Bahan
tambahan yang digunakan adalah gula pasir. Agar selai dapat tahan lama, maka
dapat diberi bahan pengawet naatrium benzoate atau kemasan berikut isinya
dipasteurisasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pala
merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun.
2.
Pala (Myristica fragrans
Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis.
3. Pala termasuk dalam Familia Myristicaceae, yang mempunnyai
sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika
pertumbuhannya baik dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan
ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18 meter.
Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul.
4. Manfaat tanaman tanaman pala: Batang/kayu (kayu
bakar), Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri, Fuli (Bunga
pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri), Biji pala (obat
pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya), Daging buah
pala (diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala,
marmelade, selai pala, kristal daging buah pala).
DAFTAR
PUSTAKA
Djajapertjunda, S. dan L, Sumardjani. 2001.
Hasil Hutan Non Kayu: Gambaran Masa Lampau Untuk Prospek Masa Depan.
Djubaedah, E., Tiara dan P. Astuti.
1995. Pengaruh Perlakuan Daging Buah Pala Tua (Myristica fragrans, HOUTT)
terhadap Mutu Sirup yang Dihasilkannya. Warta IHP. Vol. 12 No. 1-2:25-29.
http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-pala/
[Diakses 05 Oktober 2016]
http://warnet-mc.blogspot.co.id/2011/10/makalah-pala.html
[Diakses 05 Oktober 2016] 2008.
http://www.petanihebat.com/2014/09/macam-macam-produk-pengolahan-buah-pala.html
[Diakses 05 Oktober 2016]
Maghil, I. 2014.
Pengolahan Buah Pala. http://www.ibrahimaghil.com/2014/03/pengolahan-buah-pala.html
[Diakses 05 Oktober 2016].
Pedoman Teknis Budidaya Pala, Departemen
pertanian, Direktorat Jenderal perkebunan, Jakarta
Rismunandar. 1990. Budidaya dan
Tataniaga Pala. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sulaiman, M.I., A. Anhar dan Mustafa.
1998. Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) sebagai Alternative Baru
Bahan Baku Pembuatan Asam Cuka secara Fermentasi. NAD : Fak. Pertanian
Universitas Syah Kuala.
Sunanto, Hatta. 1993. Budidaya Pala
Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Kanisius.