Jumat, 07 Oktober 2016

MAKALAH HASIL HUTAN BUKAN KAYU (Pala)



MAKALAH
HASIL HUTAN BUKAN KAYU
(Pala)



Oleh:

ORCY E. HAUMENI
YONATAN T.L. TAINAES







JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha Kuasa.  Karena atas berkat rahmat dan tuntunannya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun dengan tujuan pembuatan untuk memenuhi tuntutan salah satu matakuliah yaitu HASIL HUTAN BUKAN KAYU.  Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna sebagai media belajar dan berbagi ilmu kepada para pembaca.
Penulis  menyadari masih banyak yang harus disempurnakan dalam makalah ini, untuk itu penulis menerima semua saran dan kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini.  Akhir kata penulis khaturkan limpah terima kasih kepada pihak-pihak yang sedianya telah membantu dalam penyususnan makalah ini.

Kupang,   Oktober  2016

Penulis











DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................
B.     Tujuan..........................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Sejarah Tanaman Pala..................................................................................
B.     Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pala....................................................
C.     Syarat Tumbuh Tanaman Pala.....................................................................
D.    Manfaat Tanaman Pala................................................................................
E.     Berbagai Olahan Buah Tanaman Pala.........................................................
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.
Hasil hutan bukan kayu merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh masyarakat, dijual sebagai komoditi ekspor atau sebagai bahan baku untuk suatu industri.  Hasil hutan non kayu pada umumnya merupakan hasil sampingan dari sebuah pohon, misalnya getah, daun, kulit, buah dan lain-lain atau berupa tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat khusus seperti rotan, bambu dan lain-lain.
Buah termasuk dalam kategori hasil hutan bukan kayu dan salah satunya adalah buah pala.  Tanaman pala berasal dari “Malaise Archipel”, yaitu dari gugusan kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya termasuk pulau Jawa.  Konon ada bukti yang menggambarkan, bahwa pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295.  Ia telah melihat tanaman pala diusahakan para petani.  Pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera Utara.  Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi utara , Irian Jaya, Aceh, Jawa barat dan Maluku.  Buah pala merupakan buah yang serbaguna karena dapat dimanfaatkan sebagai obat, bumbu masakan, minuman, maupun berbagai jenis olahan ringan lainnya seperti manisan dan juga berfungsi sebagai obat.
Sampai saat ini Indonesia termasuk salah satu negara produsen dan pengekspor biji dan fuli pala terbesar dunia, dengan pangsa pasar dunia sebesar 75 persen.  Pasar utama tujuan ekspor pala Indonesia (dari sisi volume) adalah Vietnam, Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Italia.  Pelaku utama dalam rantai nilai komoditas pala adalah para petani dan pedagang, Jumlah petani cukup besar dan menjadi penentu dalam kontinuitas pasokan serta kualitas pala.
B.     Tujuan.
1.       
2.       

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Tanaman Pala.
Tanaman pala berasal dari “Malaise Archipel”, yaitu dari gugusan kepulauan Banda dan Maluku, yang kemudian menyebar ke pulau-pulau lain disekitarnya termasuk pulau Jawa.  Konon ada bukti yang menggambarkan, bahwa pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295.  Ia telah melihat tanaman pala diusahakan para petani.  Pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera Utara.
Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika.  Pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan  250 species (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga di antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar 1990).
Jika dilihat data pada tahun 1971 lalu, luas tanaman pala di Indonesia sekitar 22.809 hektar dengan daerah penyebaran yang terpusat di Sulawesi utara , Irian Jaya, Aceh, Jawa barat dan Maluku.  Produksi pala (biji dan fuli) setiap tahun terus meningkat.  Kedudukannya sebagai bahan penting untuk industri atau sebagai komoditas di benua Eropa memperebutkan daerah sumber-sumber pala di Indonesia.  Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan di pasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan memiliki rendemen minyak yang tinggi.
Sampai saat ini Indonesia termasuk salah satu negara produsen dan pengekspor biji dan fuli pala terbesar dunia, dengan pangsa pasar dunia sebesar 75 persen.  Pasar utama tujuan ekspor pala Indonesia (dari sisi volume) adalah Vietnam, Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Italia.  Pelaku utama dalam rantai nilai komoditas pala adalah para petani dan pedagang, Jumlah petani cukup besar dan menjadi penentu dalam kontinuitas pasokan serta kualitas pala.
B.     Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Pala
Kingdom             :      Plantae (Tumbuhan)
Sub-Kingdom      :      teracheobionta (Tumbuhan Berpembulu)
Super Divisi         :      Spermatophyta (Menghasilkan Biji)
Divisi                   :      Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas                    :      Magnoliopsida (Berkeping Dua / Dikotil)
Sub-Kelas            :      Magnoliidae
Ordo                    :      Magnoliales
Famili                   :      Myristicaceae
Genus                  :      Myristica
Spesies                 :      Myristica fragrans Houtt
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis.  Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae, yang mempunnyai sekitar 200 spesies.  Tanaman ini jika pertumbuhannya baik dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18 meter.  Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul.
Daun pala berbentuk bulat telur, pangkal dan pucuknya meruncing.  Warna bagian bawah hijau kebiru-biruan muda.  Bagian atsanya hijau tua.  Jangka waktu pertumbuhan buah dari mulai persarian hingga masa petik tidak boleh lebih dari 9 bulan.  Buah berbentuk bulat, lebar, ujungnya meruncing.  Kulitnya licin, berwarna kuning, berdaging, dan cukup banyak mengandung air.  Bijinya tunggal, berkeping dua, dilindungi oleh tempurung, walaupun tidak tebal namun cukup keras. Bentuk bijinya bulat telur lonjong, bila sudah tua warnanya coklat tua.
Sifat-sifat biji pala antara lain:
-       Biji pala yang masih belum cukup tua bila dikeringkan akan menghasilkan daging biji yang agak rapuh, dan mudah menjadi sasaran serangga gudang.
-       Biji pala yang sudah cukup tua bila dikeringkan mengahsilkan biji yang cukup keras, dan jika diparut akan menghasilkan parutan yang berbentuk bubuk.
-       Tempurung biji di selubungi oleh selubung biji yang berbentuk jala, berwarna merah terang.  Selubung biji ini disebut fuli atau bunga pala.
C.     Syarat Tumbuh Tanaman Pala
a)         Tinggi Tempat.
Tanaman pala, dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 - 700 meter di atas
permukaan laut.
b)        Tanah.
Untuk dapat tumbuh baik, memerlukan :
-       Lapisan atas top soil cukup dalam.
-       Cukup tersedia unsur hara.
-       Drainasenya baik.
-       Udara dalam tanah cukup tersedia.
Tanaman pala juga akan tumbuh baik pada tanah yang berstruktur pasir sampai lempung dengan kandungan bahan organik tinggi.  Pada tanah-tanah yang miskin, tanaman Pala juga dapat tumbuh baik apabila diimbangi dengan pemupukan dan perawatan yang baik.
c)         Suhu
Daerah-daerah penyebaran tanaman pala memiliki suhu yang tidak sama, yakni berkisar antara 18º C -34º C. Tanaman pala akan berkembang dengan baik di daerah tropis, dengan suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi ±20º C sampai 30º C.
d)        Curah hujan
Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan tajam dan curah hujan tinggi, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya. Curah hujan yang baik bagi pertumbuhan tanaman pala ±2175 mm sampai 3550 mm/tahun.
e)         Angin
Tanaman pala peka terhadap angin kencang, karenanya tidak sesuai diusahakan pada areal yang terbuka tanpa tanaman pelindung. Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan tanaman terganggu, malahan buah dan pucuk-pucuk tanaman akan jatuh berguguran. Untuk daerah-daerah yang tiupan anginnya sering keras, penanaman pohon penahan angin ditepi kebun sangat dianjurkan. Namun tanaman pelindung yang ditanam terlalu rapat, dapat menghambat pertumbuhan tanaman pala, karena adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara.
f)         Ketersediaan Air
Tanaman pala peka terhadap genangan air, oleh karena itu sebaiknya pada areal pertanaman pala dibuat saluran pembuangan air yang baik. Walaupun demikian, untuk bulan-bulan kering, tanaman pala memerlukan air yang cukup, untuk itu tanah harus mempunyai ketersediaan air (water holding capacity) yang cukup. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung, dapat membantu mengatasi ketersediaan air. Terjadinya genangan air pada pertanaman pala, akan berakibat pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman akan mudah terserang penyakit busuk akar yang dapat memusnahkan tanaman.
g)        Pohon Pelindung
Dalam pengusahaan tanaman pala, tanaman pelindung angin harus mendapatkan perhatian. Kegunaan lain pohon pelindung adalah untuk melindungi tanaman dari sinar matahari yang berlebihan, terutama pada saat tanaman masih muda. Yang perlu diperhatikan, pada waktu tanaman sudah berumur 4 - 5 tahun, tanaman pala sudah memerlukan sinar matahari yang banyak untuk dapat berproduksi. Oleh karenanya penjarangan pohon pelindung harus dilakukan, hal ini juga penting untuk mencegah pertumbuhan yang tidak normal yaitu memanjang ke atas, dan mencegah terjadinya persaingan di dalam menyerap unsur hara di antara tanaman pala dan tanaman pelindung. Pohon pelindung yang baik adalah pohon yang daunnya tidak terlalu rimbun serta tahan terhadap hempasan angin seperti pohon kelapa, duku, rambutan dan jenis pohon buah-buahan lainnya.
D.    Manfaat Tanaman Pala
a.       Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.  Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.
b.      Fuli
Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti
anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.
c.       Biji pala
Biji pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya.
d.      Daging buah pala
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging buah pala.  (Sunanto, 1993).
Selain itu pala juga memiliki beberapa khasiat diantaranya:
-          Pereda sakit perut
-          Membantu tidur
-          Pereda sakit gigi
E.     Berbagai Olahan Buah Tanaman Pala
a.       Manisan Pala
Manisan pala terdiri dari manisan basah dan manisan kering. Manisan basah dibuat dengan cara merendam daging buah pala dalam larutan garam selama ± ½ hari untuk menarik kotoran dan getahnya,lalu dicuci bersih, kemudian direndam dalam gula pasir sehingga keluar cairan. Cairan tersebut dipisahkan kemudian dikentalkan dengan penambahan gula, kemudian direndam dalam cairan gula tersebut.   Manisan kering dibuat dengan cara merendam daging buah pala yang telah bersih dalam gula pasir, kemudian dijemur sampai kering.
b.      Sari Buah Pala
Aroma buah pala yang khas membuat daging buah pala sering diolah menjadi sari buah. Namun, rasa sepat dan getir yang disebabkan oleh kadar tanin yang terdapat pada  daging buah mengurangi tingkat penerimaan konsumen. Untuk mengurangi rasa sepat dapat dilakukan dengan perendaman dalam larutan garam sebanyak 5% atau kapur 2% selama 12 jam (Djubaedah et al., 1995).
c.       Minuman Instan Pala
Pembuatan minuman instan pala melalui dua tahapan proses yaitu proses pembuatan sari buah dan proses pengeringan. Proses pembuatan minuman dimulai dengan sortasi bahan baku yang akan diambil sari buahnya. Selanjutnya dilakukan pengupasan untuk mengurangi  rasa sepat sari buah pala karena senyawa tanin banyak terdapat pada kulit buah. Setelah itu dilakukan pemisahan kulit, biji, dan fuli untuk pengambilan daging pala. Proses selanjutnya adalah perendaman daging buah dalam larutan garam selama 1 jam dan dilakukan blansir dengan cara direndam dalam air mendidih selama 5 menit. Kemudian dilakukan penghancuran daging buah pala dengan diblender dan ditambah air lalu disaring dengan kain saring. Dalam pembuatan minuman instan pala ditambahkan pula bahan tambahan lainnya, seperti sirup glukosa dan bahan pengisi dekstrin serta CMC.
d.      Jeli Pala
Jeli atau selai adalah produk olahan semi padat yang dibuat dari sari buah-buahan. Bahan penting dalam pembuatan jeli adalah pektin, asam, dan gula dengan perbandingan yang tepat untuk menghasilkan jeli dengan karakteristik yang baik. Buah pala mengandung pektin yang cukup tinggi sehingga baik diolah menjadi jeli, terutama pada buah yang cukup  tua, tetapi belum terlalu matang. Buah pala yang masih muda kurang bagus untuk digunakan dalam pembuatan jeli karena masih banyak mengandung pati dan kadar pektinnya rendah. Ampas dari penyaringan sari pala dapat diolah menjadi dodol atau wajik pala.
e.      Dodol Pala
Dodol merupakan makanan semi padat yang dibuat dari campuran beras ketan. Dodol dapat dibuat dari bubur buah pala segar atau dari ampas sisa penyaringan dalam pembuatan sirup atau jeli pala. Dalam pembuatan dodol pala, selain daging buah pala bahan baku yang penting adalah santan kelapa dan beras ketan.
f.        Cider/Anggur Pala
Cider merupakan minuman yang biasanya dibuat dari sari buah apel yang difermentasi. Akan tetapi, cider bisa juga dibuat dari buah-buahan lain, seperti daging buah pala. Daging buah pala dapat diolah menjadi cider karena mengandung karbohidrat cukup sebesar 10,9 %.
g.       Asam Cuka
Daging buah pala dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan asam cuka (asam asetat)  melalui teknik fermentasi karena mengandung karbohidrat sekitar 11%. Pembuatan asam cuka dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama fermentasi alkohol dan  tahap kedua fermentasi asam asetat lalu dilanjutkan dengan fltrasi dan pasteurisasi (Sulaiman et al., 1998).
h.      Permen Gelatin
Permen gelatin merupakan permen yang terbuat dari komponen-komponen air atau sari buah, flavor, gula dan gelatin. Daging buah pala dapat diolah menjadi permen gelatin karena kadar airnya tinggi dan mempunyai rasa khas.
i.         Selai pala
Buah pala yang masak petik dapat dibuat selai karena aromanya sangat khas. Cara membuat selai pala dengan mengupas buah pala, kemudian dibuat bubur dan dimasak hingga mendidih. Bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir. Agar selai dapat tahan lama, maka dapat diberi bahan pengawet naatrium benzoate atau kemasan berikut isinya dipasteurisasi.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun.
2.      Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh baik didaerah tropis.
3.      Pala termasuk dalam Familia Myristicaceae, yang mempunnyai sekitar 200 spesies.  Tanaman ini jika pertumbuhannya baik dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannya dapat mencapai 15 - 18 meter.  Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan puncak tajuknya tumpul.
4.      Manfaat tanaman tanaman pala: Batang/kayu (kayu bakar), Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri, Fuli (Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri), Biji pala (obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah dan lain-lainya), Daging buah pala (diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging buah pala).










DAFTAR PUSTAKA
Djajapertjunda, S.  dan L, Sumardjani.  2001.  Hasil Hutan Non Kayu: Gambaran Masa Lampau Untuk Prospek Masa Depan.
Djubaedah, E., Tiara dan P. Astuti. 1995. Pengaruh Perlakuan Daging Buah Pala Tua (Myristica fragrans, HOUTT) terhadap Mutu Sirup yang Dihasilkannya. Warta IHP. Vol. 12 No. 1-2:25-29.
Maghil, I.  2014.  Pengolahan Buah Pala.  http://www.ibrahimaghil.com/2014/03/pengolahan-buah-pala.html [Diakses 05 Oktober 2016].
Pedoman Teknis Budidaya Pala, Departemen pertanian, Direktorat Jenderal perkebunan, Jakarta
Rismunandar. 1990. Budidaya dan Tataniaga Pala. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sulaiman, M.I., A. Anhar dan Mustafa. 1998. Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) sebagai Alternative Baru Bahan Baku Pembuatan Asam Cuka secara Fermentasi. NAD : Fak. Pertanian Universitas Syah Kuala.
Sunanto, Hatta. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta: Kanisius.