LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN
ANALISIS
VEGETASI
OLEH:
YONATAN
T.L. TAINAES
NIM:1404040051
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
NUSA CENDANA
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur
dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya laporan
pelaksanaan praktikum analisis vegetasi dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan dari
pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kerapatan,
frekuensi dan dominansi vegetasi yang terdapat di samping fakultas sains dan
teknik (FST).
Laporan
kegiatan praktikum ini semoga dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Akhir kata, penulis khaturkan ucapan terima kasih
atas kesediaan dari berbagai pihak yang sedianya telah membantu menyelesaikan laporan
ini karena tanpa bantuan pihak lain penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan laporan
ini ini dengan baik.
Kupang, Desember
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................
LATAR
BELAKANG.......................................................................................
RUMUSAN
MASALAH....................................................................................
TUJUAN..............................................................................................................
BAB II
LANDASAN
TEORI..........................................................................................
BAB III
METODE PRAKTIKUM..................................................................................
ALAT DAN BAHAN.........................................................................................
WAKTU DAN TEMPAT
PRAKTIKUM.......................................................
PROSEDUR KERJA.........................................................................................
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN..........................................................................
HASIL.......................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................
BAB V
PENUTUP...........................................................................................................
KESIMPULAN...................................................................................................
LAMPIRAN GAMBAR....................................................................................
HERBARIUM..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Ilmu
vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi
yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada (Syafei, 1990).
Untuk
kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan tiga macam parameter
kuantitatif antara lain , densitas , frekuensi, dan dominansi ( Gopal dan
Bardwaj). Sedangkan untuk keperluan deskripsi vegetasi tersebut ada tiga macam
parameter kuantitatif yang penting yaitu densitas, frekuensi dan kelindungan.
Kelindungan yang dimaksud adalah parameter dominansi (Kusmana, 1997).
Dalam
penelitian ekologi hutan pada umumnya para peneliti ingin mengetahui spesies
tetumbuhan yang dominan yang memberi ciri utama terhadap fisiognomi suatu
komunitas hutan. Spesies tetumbuhan yang dominan dalam komunitass dapat
diketahui dengan mengukur dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan
dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal
area, indeks nilai penting, dan perbandingan nilai penting ( Kusmana, 1997).
1.2
Rumusan
Masalah
a. Apa yang di maksud dengan Analisis Vegetasi?
b. Bagaimana
cara menghitung kerapatan spesies?
c. Bagaimana
cara menghitung frekuensi?
1.3
Tujuan
a. Agar
mahasiswa dapat mengetahui apa itu Analisis Vegetasi
b. Agar
mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung kerapatan
c. Agar
mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung frekuensi
BAB II
LANDASAN TEORI
Hutan
dan kesatuan dalam hutan dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok menurut banyak
cara: asal, umur, komposisi, tegakan,
struktur, distribusi kelas umur, dan rotasi kerja tegakan.Komposisi hutan dapat
diklasifikasikan berdasarkan atas adanya jenis murni atau campuran.
Hutan menurut
UU 41 tahun 1999 adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya hayati yang didominasi oleh pepohonan dan kesatuan alam lingkungannya yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan juga merupakan salah satu
asset yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Seperti telah kita
ketahui bersama, bahwa hutan merupakan paru-paru bumi, satwa hidup,
pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumber daya lainnya yang
bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi
manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat
besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan
secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak
langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil
tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi,
perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi. Keberadaan hutan, dalam
hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan manusia, satwa
dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi endahnya kesadaran manusia akan arti
penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Hutan
menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk hidup
lainnya dengan faktor - faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan suatu
kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan (Reksohadiprojo,
2000).
Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi
dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan.
Menurut Arief (1994)
analisis vegetasi ditentukan untuk mendeskripsikan komunitas tumbuhan dan data
yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menyusun komposisi jenis dan struktur
tumbuhan.
Metode
pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode petak( plot) , metode jalur, ataupun metode kuadran
(soegianto,1994).
Metode
petak dibagi dua yaitu metode petak tunggal dan petak ganda. Petak tunggal
hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu
tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Petak ganda adalah pengambilan
petak contoh vegetasi dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya
tersebar merata pada areal yang dipelajari, dan peletakan petakan contoh
sebaiknya secara sistematis. Ukuran tiap contoh disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya.
Ukuran petak untuk pohon dewassa adalah 20x20 m , fase tiang 10x10m ,
fase pancang 5x5m , dan fase semai serta tumbuhan bawah menggunakan petak
contoh berukuran 1x1 m atau 2x2 m ( Kusmana,1997).
Metode
jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan
vegetasi menurut kondisi tanah , topografi, dan elevasi. Jalur- jalur topografi
dibuat memotong garis kontur dan sejajar satu dengan yang lainnya( Soerianegara
dan indrawan, 1982).
Metode
kuadran umumnya digunakan untuk pengambilan contoh vegetassi tumbuhan jika
hanya vegetassi fase pohon yang menjadi objek kajiannya. Metode ini mudah
dikerjakan, dan lebih cepat jika akan dipergunakan untuk mengetahui komposisi
jenis , tingkat dominansi, dan menaksir volume pohon. Syarat penetapan metode
kuadran adalah distribusi pohon yang akan diteliti harus di acak. Dengan kata
lain , bahwa metode ini kurang tepat dipergunakan jika populasi pohon
berdistribusi mengelompok atau seragam ( Kusmana, 1997).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Alat dan Bahan
·
Tali ukur
·
Pita Roll
·
Alat tulis (buku dan ballpoint)
·
Kamera
·
vegetasi
3.2
Waktu dan Tempat
Praktikum
Praktikum ini
dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Sabtu 28 November 2015
Waktu : Pukul 08.00 – selesai
Lokasi : Samping Fakultas Sains
Dan Teknik (FST)
3.3
Prosedur Kerja
1.
Membuat 4 plot pengukuran yang terdiri dari : pohon (20x20),
tiang (10x10), pancang (5x5), dan semai (2x2).
2.
Mengukur diameter, tinggi total (TT), dan tinggi bebas cabang
(TBC) dari pohon, tiang, pancang dan semai.
3.
Mencatat hasil pengamatan pada facy sheet.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan, maka di peroleh hasil yang dapat terlihat dalam tabel
berikut :
1. Kategori
pohon (Plot 20x20 meter)
No
|
Nama spesies
|
Jumlah
|
Diameter
(cm)
|
Tinggi
Total (TT)
(m)
|
1.
|
Johar
|
9
|
(26), (41,1), (39,2), (25,5), (16,6),
(30,9), (38,2), (30,9), (25,5).
|
15, 7, 15, 10, 10, 10, 15, 15, 15.
|
2.
|
Mahoni
|
31
|
(7,6), (15,6), (22,9),(8,3), (11,2),
(13,4), (9,6), (11,5), (11,2), (8,9), (17,8), (10,5), (15,9), (14,3), (9,5), (12,1),
(7,3), (10,8), (7,9), (12,1), (10,15), (11,2), (9,5), (13,4), (13,4),
(10,15), (12,1), (12,1), (14,1), (9,5), (12,1).
|
7, 11, 14, 8, 19, 8, 8, 9, 8, 10, 8,
12, 12, 8, 10, 6, 10, 8, 7, 8, 8, 7, 10, 9, 9, 9, 10, 10, 7, 9, 8.
|
3.
|
Angsana
|
3
|
(10,8), (10,15), (14,7).
|
11, 4, 14.
|
4.
|
Tapak Kuda
|
1
|
(22,6).
|
9
|
5
|
Flamboyan
|
2
|
(42,4), (33,9).
|
15, 15.
|
2. Kategori
Tiang (Plot10x10 meter)
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
Diameter
(cm)
|
Tinggi Total(TT)
(M)
|
1.
|
Mahoni
|
2
|
(4,5), (3,8)
|
(2,5), (2)
|
2.
|
Lamtoro
|
1
|
(2,2)
|
(2,5)
|
3.
|
Pulai
|
2
|
(5,7), (3,8)
|
(4), (2)
|
4.
|
Flamboyan
|
1
|
(2,6)
|
(2)
|
3. Kategori
Pancang (Plot5x5 Meter)
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
Diameter
(cm)
|
Tinggi Total (TT)
(M)
|
1.
|
Lamtoro
|
2
|
(1,3), (1,3)
|
(4),(4)
|
4. Kategori
Semai ukuran plot (2x2)
No
|
Nama spesies
|
Jumlah spesies
|
Diameter
(cm)
|
Tinggi Total (TT)
(M)
|
1.
|
Lamtoro
|
2
|
-
|
(40cm), (10cm)
|
Dari
tabel tersebut, dapat ditentukan kerapatan jenis, frekuensi, dan dominansi
sebagai parameter yang diukur dalam Analisis Vegetasi.
a.
Karapatan
Jenis
1. Johar
=
=
0,0283
2. Mahoni
=
=0,083
3. Angsana
=
= 7,5x
10 -3
4. Tapak
kuda =
= 2,5
x 10-3
5. Flamboyan
=
= 7,5
x 10-3
6. Lamtoro
=
=
0,01
7. Pulai
=
= 5
x 10-3
b.
Frekuensi
1. Johar =
=
0,25
2. Mahoni
=
= 0,5
3. Angsana
=
= 0,25
4. Tapak
kuda =
= 0,25
5. Flamboyan
=
= 0,5
6. Lamtoro
=
= 0,75
c.
Dominansi
1. Johar
=
=
= 0,01
2. Mahoni
=
=
= 1
3. Angsana
=
=
= 0,06
4. Tapak
kuda =
=
= 2,5
x 10-3
5. Flamboyan
=
=
= 7,5
x 10-3
6. Lamtoro
=
=
= 0.04
7. Pulai
=
=
= 0,03
4.2
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan yang telah dilakukan dengan tujuan untuk menentukan luas
petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis dan
diperoleh data dari setiap daerah yang diplot berbeda-beda jenis ataupun jenis
spesiesnya. Pengamatan ini dilakukan di kawasan samping Fakultas Sains dan Teknik (FST) Undana. Pengamatan yang
dilakukan adalah dengan membuat plot/ petak contoh dari ukuran terkecil sampai
plot terbesar. Plot-plot yang dibuat dengan ukuran yang berbeda-beda diantaranya
plot ( 2x2 meter ) untuk tingkat semai, (5x5 meter) untuk tingkat panacang,
(10x10 meter) untuk tingkat tiang, dan (20x20 meter) untuk tingkat pohon.
Pada
plot yang pertama dengan ukuran (2x2 meter) untuk fase semai, ditemukan 1
spesies baru yakni anakan lamtoro (Nama latin) yang dalam masa pertumbuhan.
Ukuran plot diperbesar lagi menjadi ukuran (5x5 meter) untuk fase pancang
ditemukan hanya satu spesies yang sama yaitu lamtoro (Nama latin). Kemudian
plot tersebut diperbesar lagi 2x dari plot sebelumnya menjadi ukuran (10x10
meter) untuk fase tiang. Dan dari plot tersebut ditemukan 4 spesies untuk
kategori tiang yaitu mahoni (Nama latin), lamtoro (Nama latin), pulai (Nama
latin), dan flamboyan (Nama latin). Ukuran diperbesar lagi menjadi (20x20
meter) dan ternyata diperoleh 5 spesies untuk kategori pohon yang spesiesnya
sama seperti pada plot ukuran (10x10 meter), hanya terdapat penambahan 1
spesies baru yaitu tapak kuda (Nama latin). Pembuatan plot terhenti pada ukuran
(20x20 meter) saja karena tidak ditemukan spesies baru lagi.
Pembuatan
kurva spesies yang bertujuan untuk mengetahui luasan petak minimum yang akan
mewakili yang terdapat pada suatu petak yang diplot. Makin banyak jenis yang
terdapat dalam pada area tersebut, maka makin luas kurvanya.
Berdasarkan
hasil pengamatan berupa data kurva dan juga tabel dengan berbagai parameter
yang digunakan dapat diketahui bahwa luas petak contoh mempunyai hubunganerat
dengan keanekaragaman spesies. Semakin beragam spesies maka semakin luas pula
petak yang diukur. Dari data tersebut diketahui juga bahwa spesies yang paling
dominan pada kawasan itu adalah spesies Mahoni (Nama latin) sehingga kawasan
tersebut bisa dikatakan sebagai tegakan Mahoni.
Keanekaragaman
yang tidak terlalu besar dari satu plot ke plot yang lain disebabkan karena
faktor tanah dan iklimyang kurang baik sehingga pertumbuhannya pun kurang baik.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
2. Cara
menghitung kerapatan spesies dapat menggunakan rumus:
3. Cara
menghitung frekuensi spesies dapat menggunakan rumus :
LAMPIRAN GAMBAR
HERBARIUM
a. Morfologi
Pohon
tinggi 2-20 m dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang melebihi 50cm.
Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda;
percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat. Daun
menyirip genap, 10 - 35 cm panjangnya; dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5
- 3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun
penumpu meruncing kecil, 1 mm, mudah rontok. Anak daun 4 - 16 pasang, agak
menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3 - 8 cm × 1 - 2,5 cm, panjang 2
- 4 × lebarnya, pangkal dan ujungnya membulat atau menumpul, gundul dan
mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah. Bunga terkumpul
dalam malai di ujung ranting, panjang 15—60 cm, berisi 10—60 kuntum yang
terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) malai rata. Kelopak 5 buah,
oval membundar, 4—9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning
cerah, 5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang
1—2 mm. Benangsari 10, yang terpanjang lk. 1 cm; kurang lebih sama panjang dengan
bakal buah dan tangkai putiknya.
b. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Cassea
Species : Cassea siamea
c. Ekologi
Asal-usul
johar adalah dari Asia Selatan dan Tenggara. Tumbuhan ini telah dibudidayakan
begitu lama, sehingga tanah asalnya yang pasti tidak lagi diketahui.
DiIndonesia, johar diketahui tumbuh alami di Sumatra. Johar dapat tumbuh baik
pada pelbagai kondisi tempat; akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropikadengan
iklim muson, dengan curah hujan antara 500—2800 mm (optimum sekitar 1000 mm)
pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20—31 °C. Johar menyukai
tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5—7,5. Tanaman
ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi1300
m dpl.
d. Nilai Medis
Tanaman
johar sangat dikenal dari Zaman nenek moyang dulu untuk mengobati berbagai
macam penyakit diantara nya penyakit malaria.Kekayaan hayati yang sudah
dimanfaatkan nenek moyang kita sejak ratusan tahun lalu, sampai kini masih
potensial dikembangkan. Salah satunya adalah tanaman johar (Cassia siamea
Lamk), yang telah digunakan secara empirik tradisional untuk mengobati malaria.
Pengobatan malaria menjadi penting, karena saat ini berbagai upaya untuk
mengatasi malaria masih belum memuaskan. Penggunaan johar untuk atasi malaria
sudah dilakukan masyarakat Jawa. Sedang di Aceh johar dikenal sebagai obat
tradisional untuk penyakit kuning atau hepatitis. Alternatif pengobatan malaria
diperlukan, karena resistensi parasit malaria terhadap beberapa obat modern
banyak terjadi. Misal klorokuin di hampir semua provinsi di Indonesia. Daerah
endemik malaria pun makin meluas. Perusakan lingkungan yang makin tak
terkendali, membuat pemberantasan penyakit maupun vektornya makin berat.
Kebiasaan menggunakan johar kemudian diteliti, untuk menjawab cara
kerjanya dalam mengatasi malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Soerianegara, I. Dan Indrawan. 1978.
Ekologi Hutan Indonesia.
Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutana,
IPB.
Gopal, B. dan N. Bhardwaj. 1979.Elements of ecology. Departement
of Botany. Rajastan Univercity Jaipur, India.
Kusmana, C. 1997. Ekologi dan
Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Bogor : Jurusan manajemen hutan Fakultas Kehutanan IPB.